Kita tak pernah lagi menjumpai kebahagiaan yang setara dengan kebahagiaan masa kanak-kanak kita.
-John Steinbeck-
Mempertanyakan definisi kebahagiaan saat dewasa tentu seperti cari gara-gara dengan preman sekampung. Kita mengganggu kenyamanan dengan usil dengan penguasa wilayah setempat dengan akhir yang bonyok. Tapi apakah benar begitu?
Tentu saja tidak. Bagi saya meredefinisi kebahagiaan sama dengan memperjelas tujuan. Sebab ketika kau kehilangan arah terhadap sesuatu, mendefinisikan ulang perjalananmu dan apa yang dicari membantu memperjelas jalan kita selanjutnya. Seperti kebahagiaan.
Setidaknya menemukan definisi selain kamus besar bisa menenangkan pikiran dan membuat otak yang semakin dangkal ini bekerja kembali. Ketika otak saya bekerja maka teringat kutipan Steinbeck dalam Kisah Tortilla, tentang kebahagiaan kanak yang tak bakal pernah kita rasakan lagi.
Mungkin Ketika mengunyah permen karet waktu kecil dengan sekarang sama-sama punya kesenangan. Tapi apakah benar-benar sama? Apakah kita saat dewasa benar-benar menikmati pengalaman saat itu juga atau sekadar nostalgia, menarik kembali pengalaman menyenangkan mengunyah permen atau punya mainan baru?
Lagi-lagi mendefinisikan ulang sepertinya bisa jadi guide untuk kemudian menata syarat-syarat kebahagiaan saya. Sebab kebahagiaan bisa jadi bisa kita generalisir dan tidak.
Eric Weiner, jurnalis Amerika, harus sengaja berkeliling ke beberapa negara untuk melakukan liputan panjang mengenai apa makna kebahagiaan masyarakat di negara yang dikunjunginya. Saat membahas Amerika, Eric mengatakan bahwa kebahagiaan untuk warga Amerika adalah rumah, dalam makna fisik dan lingkungannya, tentu pada tahun 1993 saat Eric menuliskannya.
Banyak orang Amerika memutuskan tinggal di Miami misalnya, karena mereka menyenangi iklim tropis dan bisa menemukannya disana. Tapi beberapa wawancara Eric mematahkan mitos itu. Bagi beberapa orang Miami sudah terlalu ramai atau malah membuat depresi sendiri sehingga muncullah nama daerah Ashvile. Kawasan pegunungan yang populasinya asih sedikit serta punya daya apresiasi yang cukup untuk pendatang. Beberapa orang Amerika memutuskan tinggal disana. Bagi mereka rumah tidak harus kampung halaman tempat mereka lahir, tapi yang membuat mereka tenang baik secara biologis atau pun sosial.
Berbeda dengan makna kebahagiaan yang didapat Eric saat berkunjung ke Thailand. Bagi orang-orang Thailand, dalam konteks perjalanan Eric, kebahagiaan adalah saat mereka tidak berpikir. Saat mereka bisa melakukan apa pun yang mereka lakukan tanpa harus berpikir berat. Orang Thailand yang ditemui Eric mengatakan bahwa orang-orang barat terlalu serius menanggapi kebahagiaan, sedangan mereka unya sikap yang fleksibel. Orang Thailand punya kebijaksanaan tersendiri.
Pada akhirnya Eric menyimpulkan pada 2007 bahwa kebahagiaan itu bukan kata benda atau kata sifat. Kebahagiaan adalah kata sambung sebab selalu ada diluar manusia itu yang menjadi objek kebahagiaan.
Membicarakan kebahagiaan seorang penulis sekaligus psikiater asal Perancis bernama Francois Lelord mengambil sudut pandang unik tentang kebahagiaan. Dia menulis Hector and The Search for Happiness.
Hector sebagai tokoh utama — yang juga psikiater — menemukan pengalaman demi pengalaman dan definisi harafiah sampai ke tataran filosofis tentang jawaban dari ‘apa itu kebahagiaan?’.
Dia bertemu jatuh cinta dengan perempuan selain pacarnya di Cina bernama Ying Li dan mereka bercinta. Namun, saat Hector bercinta dengan Ying Li berbeda dengan pengalamannya saat bercinta dengan perempuan lain di negara lain. Pada perempuan tiongkok yang dikenal Hector ada pembicaraan intim dan emosional. Sedangkan dengan perempuan yang salah satu negara dia berkunjung hanya sekadar bersenang-senang.
Hector juga sempat terjebak oleh tentara oposisi saat pemerintahan suatu negara sedang bergolak. Saat itu nyawanya sudah terancam dan muncul keinginan-keinginan yang belum terpenuhi dan janji-janji semu yang muncul jika dia selamat.
Pengalaman Hector masih banya lagi dan masing-masing pengalaman dicatat Hector menjadi poin-poin penyebab orang bahagia atau premis kebahagiaan dari masing-masing pengalaman. Catatan-catatan itu kemudian mengubah cara Hector menghadapi pasien-pasiennya. Saya curiga beberapa pengalaman Hector adalah pengalaman Francois Lelord personal.
Pada bab-bab akhir Hector menemui seorang biksu berpengalaman dan memberikan daftar dari pengalaman-pegalamannya tadi. Biksu tersebut memberikan tiga poin yang bisa dikatakan sebagai sari dari kebahagiaan;
Pelajaran nomor 20: ‘kebahagiaan adalah cara pandang terhadap sesuatu.’
Pelajaran nomor 13: ‘kebahagiaan adalah merasa berguna bagi orang lain.’
Pelajaran nomor 10: ‘kebahagiaan adalah melakukan pekerjaan yang kita senangi’.
Jadi, apa kebahagiaan menurutmu?